Kontrak Mati
Kehebatan tradisi perusahaan-perusahaan jepang terletak pada kontrak mati para pekerjanya.mereka terikat dalam tradisi sekali bekerja di satu perusahaan sampai mati mereka disitu. Mereka punya tradisi chuujitsu kesetiaan total (kontrak mati) ke atas jika kapal mau tenggelam mana yang diselamatkan dulu ayah atau anak? Tradisi mereka lebih mengutamakan menyelamatkan ayah dulu.
Tradisi jepang ibarat air, masyarakat sperti rata air. Tidak boleh ada air yang lebih tinggi ia akan dipukul oleh ombak yang lebih besar. Kohesivitas di antara mereka begitu kuat sebagai tradisi bersama. Jika ia ingin menaklukkan negara lain,maka bukan perang individu melainkan perang bersama seperti air bah yang menghantam musuh-musuhnya kohesivitas begitu kuat akibat kotak mati tersebut dan loyalitas ke atas (shogun) yang menjadikan air bah tersebut.
Antropologi genetik jepang adalah genetik insting yang sudah berada di level tinggi hanya di jepang yang memungkinkan seorang kaisar melakukan bunuh diri massal. Sulit untuk dilakukan kesetiaan di tingkat seperti itu oleh negara lain budaya atau siapa pun.
Pelajaran berharga dari jepang bagi perusahaan kita akan memiliki daya saling jika memiliki pekerja-pekerja yang bersedia kontrak mati termasuk bersedia mati-matian ikut program penggemblengan demi rata air di kaliber tinggi dan perusahaan tidak perlu sibuk dengan berbagai ikatan dinas, kompetensi naik bersama-sama dengan agency cost yang murah tanpa kekhawatiran trun over karyawan.
Bisakan kita seperti itu? Tentu saja bisa namun dengan pendekatan yang sedikit berbeda karena peradaban indonesia yang bergenetik feeling kekeluargaan dan persahabatan dileverage pada level yang lebih tinggi karena jika genetik feelingnya tidak dileverage maka justru mantan karyawanlah yang seringkali mejadi pesaing dan bahkan mengalahkan kita meski pembalasan juga akan terjadi kepada mereka hukum kekekalan energi (pemeluk hindu menyebut karma) akan berlaku justru ini akhir nya menjadi siklus yang saling merugikan dalam jangka panjang ini memang menjadi Pr besar bagi sang therapis kulktural.
Referensi
Telaah bapak farid poniman, penemu STIFIn