Sayangnya Kerasa
Sebenarnya apa wajib pemimpin menyayangi rakyatnya?pengusaha menyayangi karyawannya? Atasan menyayangi bawahannya? Suami menyayangi istrinya? Orang tua menyayangi anak-anaknya? Kakak menyayangi adik-adiknya?
Kasih sayang itu kaitannya dengan turn-over. Makin banyak diberikan semakin kecil turn-overnya. Jika kemudian muncul reaksi dalam hastag : ganti pemimpin, ganti juragan, ganti atasan, ganti suami, ganti orangtua, ganti kakak… itu pertanda rasa sayangnya gak kerasa. Perceraian itu turn-over. Demikian juga anak-anak backstress pun turn-over. Kebanyakan pecandu narkoba adalah social turn-over.
Sebual rasa sayang itu diberikan muncul skema tingkat keperluan. Mana yang perlu dan mana yang tidak perlu. Mana yang banyak mana yang sedikit. Sebagiannya datang secara alami. Inilah yang disebut sebagai chemistry. Mengalir rasa sayang secara alami. Sebagian besarnya harus melakukan rekayasa mindset. Tidak mudah untuk menjadikan musuh sebagai pihak yang perlu disayangi. Orang kaya hati itu adalah orang yang ‘jangankan saudara, musuh aja disayang’. Sementara orang miskin hati adalah orang yang menarik rasa sayangnya kepada semua orang. Kalau sekarang membela hanya karena ‘demi perut’. Entar juga ditelantarkan. Biar saja utang negara numpuk yang bayar rakyat ini. Rasa sayangnya gak kerasa.
Sebaliknya kalau sudah dapat ‘pemberi kasih sayang’ yang baik, maka berlomba-lombalah menjadi pihak yang disayanginya. Jadilah prioritas dalam mindsetnya. Karena tersangkut sayangnya kepada kita itu kegembiraan. Disayang oleh pemberi sayang melimpah yang menjadi sumber kebaikan didunia dan nantinya akan memberi syafaat diakhirat.
Berilah sayang itu hingga kerasa. Dan upayakan kita mendapatkan kasih sayang dari ‘orang besar’, karena pintu rizqi dan pintu surganya besar. Saling giving.
Referensi
Telaah bapak farid poniman, penemu STIFIn