Psikologi STIFIn, Matra Kecerdasan, Frekuensi
- Watak,
- Karakter,
- Personaliti,
- dan Perilaku
Banyak yang masih belum tajam membedakan antara watak, karakter, personaliti, dan perilaku. Jika dilihat dari strata yang paling rendah, stratanya sebagai berikut :
1.Perilaku (behavior) : yaitu tindak tanduk manusia yang belum menjadi traits (ciri atau sifat).
2.Personaliti (kepribadian) : yaitu kecenderungan manusia yang sudah menjadi traits.
3.Karakter : yaitu traits yang terjadi berulang karena sudah menjadi kebiasaan atau sudah menjadi myelin. Contohnya, Indra Bekti dan Indi Barends keduanya tipe T, tetapi mengapa mereka “ceriwis”? Karena tuntutan profesi mereka sebagai MC, presenter, dan “tukang ngomong” yang telah menjadi traits berulang sehingga terbentuklah karakter “ceriwis” pada diri mereka.
4.Watak : yaitu traits yang sudah melekat pada diri seseorang dan mendalam selevel dengan genetik (mirip dengan Personaliti Genetik pada STIFIn), tapi bisa saja watak ini hasil dari penggemblengan masif sehingga melebihi myelin karena ada value tambahan seperti fanatisme keberpihakan yang kuat atau ada sinergi kesungguhan dan kebiasaan. Misal, “disiplin” adalah kelemahan tipe I. Namun jika tipe I memiliki watak disiplin yang sudah kuat dan konsisten, bisa jadi datang dari program KKM-nya (Kesungguhan dan Kebiasaan sesuai Makaanat)
Di luar keempat hal tersebut, terdapat Personaliti Genetik, yaitu kepribadian yang datangnya dari faktor genetik. Tanpa dibentuk oleh lingkungan, dibiasakan, diulang-ulang, dan dilatih pun kepribadian genetik ini sudah ada sejak lahir. Hanya memang untuk membuatnya benar-benar muncul, optimal, dan makin kelihatan tajam, perlu ada latihan penggemblengan yang fokus.
Strata Genetik
Strata Genetik adalah tingkatan faktor genetik yang ada pada diri manusia. Jika diurut dari strata tertinggi, maka tingkatannya sebagai berikut :
1. Gender (jenis kelamin)
2. Mesin Kecerdasan (MK)
3. Drive
4. Kapasitas Otak (kaitannya dengan IQ)
5. Golongan Darah
Dengan memahami tingkatan strata genetik di atas, maka program pembinaan diri akan lebih optimal jika dilakukan di strata yang lebih tinggi. Semakin tinggi, semakin berdampak. Misalnya dalam hal diet, teori Golongan Darah telah mengeluarkan tips diet sesuai golongan darah.
Menggarap drive i dan e berbeda dengan menggarap MK, juga berbeda dengan menggarap Kapasitas Otak. Olahraga renang bagus untuk
meningkatkan kapasitas otak. Dzikir juga bagus untuk meningkatkan kapasitas otak, namun sekaligus juga memberikan manfaat pada strata genetik yang lebih tinggi. Laki-laki perlu terus dilatih perannya sebagai laki-laki, begitupun perempuan. Melakukan pembinaan diri pada strata genetik yang lebih tinggi, maka dampaknya akan lebih optimal.
Matra Diri
Kecerdasan STIFIn yang “given” dan belum diapa-apakan terletak di matra terbawah yang disebut Matra Personalitas. Di atasnya ada Matra Mentalitas yang menjadi ukuran baik-buruk bagi dirinya sebagai makhluk individu. Matra mentalitas bicara tentang “aku”, aku yang tergembleng. Di atasnya lagi ada Matra Moralitas yang menjadi ukuran baik-buruk dirinya terhadap orang lain dan masyarakat sosialnya. Matra moralitas bicara tentang “kita”, saat kepentingan masyarakat sosial yang lebih besar lebih didahulukan daripada kepentingan pribadi, keluarga, ataupun kroni. Sedangkan di strata tertinggi barulah terdapat Matra Spiritualitas yang menjadi ukuran baik-buruk dirinya di hadapan Tuhannya.
Proses perjalanan menuju matra atau level kecerdasan Spiritualitas sebaiknya melalui tahapan matra dan tidak diloncati. STIFIn merupakan pintu gerbang sekaligus jalan terbaik yang dapat digunakan manusia untuk menapaki setiap tingkatan hingga mencapai spiritualitas.
Frekuensi
Manusia harus banyak melatih diri berada pada frekuensi alfa, sebab alfa adalah frekuensi terbaik. Shalat yang baik dan benar semestinya berada di frekuensi alfa, sebab frekuensi alfa akan muncul jika shalat itu khusyuk. Shalat konsentrasi atau fokus belumlah pada level khusyuk, sebab konsentrasi ada di beta. Proses induksi dengan mantera, guna-guna, gendam, sugesti hipnosis (meskipun kalangan hipnosis bersikeras berada di alfa) lebih banyak di theta. Oleh karena itu frekuensi theta merupakan frekuensi favorit jin untuk masuk ke dalam frekuensi manusia. Tidur nyenyak (deepsleep) harus berada pada delta dalam.
~Sumber: www.stifin.com.~