Pola Komunikasi Tepat Untuk Anak Hebat
“Belajar Pola Komunikasi dari Rasulullah SAW sesuai dengan tipe Anak”
Pembicara: Kiki Barkiah
Host: Lucy Rachmala
Mengaambil dari pola komunikasi Rasulullah SAW kepada anak-anak dan kepada para sahabat dari beberapa kisah dalam shirah.
Bagaimana pola komunikasi yang baik kepada anak agar anak mau mendengar pesan kita dan mau melaksanakannya?
Diambil dari pola komunikasi Rasulullah SAW kepada anak-anak dan kepada para sahabat dari beberapa kisah dalam shirah.
Dengan mengangkat 1 hadist yang bisa menjadi ruh bagi keberhasilan pola komunikasi kita dengan anak anak. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist yang di riwayatkan oleh Ibnu Majah:
“Hormatilah anak anakmu dan perbaikilah akhlak mereka”
Dalam konsep personal genetic STIFIn, salah satu jembatan untuk membangun komunikasi efektif kepada anak bertipe mesin kecerdasan Feeling adalah dengan hubungan baik dan membangun kelengketan. Insya Allah melalui jembatan ini, anak Feeling akan kita pengaruhi.
1. Komunikasi tanpa komunikasi
Rasulullah SAW berkomunikasi dengan tanpa komunikasi tetapi langsung memberikan teladan. Jadi ada kalanya komunikasi kita lebih efektif ketika kita langsung memberikan contoh.
Dalam konsep personal genetik STIFIn, pola komunikasi dengan pembuktian nyata lebih mudah diserap oleh anak dengan mesin kecerdasan Sensing Dan Insting.
2. Fokus mengarahkan bukan membahas kesalahan
belajar dari shirah bagaimana Rasulullah SAW memberikan contoh dalam melatih skill seorang anak dengan cara memberikan contoh yang benar dan tidak fokus membahas kesalahan anak.
Dalam konsep personal genetik STIFIn metode pemberian contoh langsung tanpa banyak mengungkit kesalahan sangat cocok dilakukan untuk menghadapi anak bermesin kecerdasan Feeling yang perasa dan anak bermesin kecerdasan Thingking yang kukuh pendirian.
3. Menarik perhatian anak sebelum menyampaikan pesan
Rasulullah SAW berusaha menarik perhatian lawan bicara, sebelum kemudian menyampaikan isi pesan yang hendak dikomunikasikan. Rasulullah SAW berusaha menghargai perasaan lawan bicaranya.
Dalam konsep personal genetik STIFIn, anak Intuiting sering sekali mengalami masalah ini. Ia yang sibuk dengan dunia imajinasinya biasanya memiliki terowongan berfikir sendiri. Secara fisik ia ada di tengah-tengah kita namun secara fikiran ia sedang tidak hadir di masa kini. Maka untuk membuat anak Intuiting hadir dengan pikirannya saat berkomunikasi dengan kita, kita perlu mengugah hasratnya dan menarik perhatiannya.
4. Buka diskusi dengan pertanyaan
Rasulullah SAW sering sekali mengajukan pertanyaan terlebih dahulu kepada para sahabat untuk membuka sebuah diskusi.
Dalam teori personal genetik STIFIn, metode ini sangat ampuh dilakukan dalam berkomunikasi dengan anak Intuiting dan Thingking. Dengan membuka pertanyaan kita dapat membangun hasrat dan menggugah imajinasinya. Anak Intuiting yang sangat mencintai ilmu sangat suka menuntut ilmu dengan membangun pertanyaan. Sementara anak Thinking yang mengedepankan logika, sangat menyukai bila mendapatkan kesimpulan dari proses analisa yang ia lakukan.
5. Bersabar mencari motif anak melakukan sesuatu.
Anak bermesin kecerdasan Thinking sangat suka bila kita menghargai pendapat dan cara berfikirnya. anak bermesin kecerdasan Feeling sangat suka bila kita menghargai pendapat dan perasaannya.
6. Beri batasan yang jelas dan dalam
kita perlu memberi batasan yang jelas kepada anak, apa yang tidak boleh, apa yang boleh, dan apa yang seharusnya dilakukan oleh anak anak.
Memberi batasan yang jelas kepada anak Thingking dapat dilakukan dengan penuh ketegasan. Berfokus pada konsekuensi dan logika sebab akibat. Sementara memberi batasan yang jelas pada anak Sensing perlu disertai dengan bukti nyata dan aplikasi praktis yang disajikan secara bertahap. Dapat juga dikaitkan dengan keuntungan atau kerugian materi karena anak Sensing memiliki ketertarikan yang kuat dengan harta. Memberi batasan yang jelas kepada anak Insting harus dilakukan dengan penuh kelembutan dan straight to the point. Berikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana tanpa perlu bertele-tele. Sebelum memberikan batasan yang jelas kepada anak Feeling ada baiknya kita awali dengan memberi perhatian, memperbanyak ungkapan cinta bahkan melayani kemanjaannya. Sehingga perasaannya lebih siap menerima batasan yang mungkin didalamnya akan mengandung larangan dan ketidaksetujuan kita. Sementara kepada anak Intuiting, pastikan bahwa batasan yang kita berikan dilakukan setelah memberikan ruang kemerdekaan baginya. Batasan yang jelas biasanya diberikan pada hal-hal prinsip yang mendasar berkaitan dengan hukum dan norma Sementara kemerdekaan berkreasi dalam ruang lingkup yang tidak melanggar batas hukum dan norma, tetap diberikan seluas-luasnya. Karena pada prinsipnya anak Intuiting sangat menyukai kemerdekaan dan tidak suka dengan batasan yang sempit.
7. Mengakhiri nasihat dengan doa yang sesuai dengan harapan
Doakanlah apa yang menjadi harapan kita terhadap mereka. Ketika semua ikhtiar telah kita lakukan, terlebih bila semua ikhtiar itu belum dapat bekerja, maka doalah yang menjadi senjata kita.
8. Perhatikan waktu yang tepat dalam menasihati
secara khusus mencari waktu yang tepat untuk berkomunikasi dengan anak Feeling adalah salah satu kunci sukses beromunikasi dengannya.
9. Berkomunikasilah sebagaimana kita ingin orang lain berkomunikasi kepada kita.
Dalam meluruskan perilaku anak, Rasulullah SAW sering menggunakan kalimat yang padat, singkat dan jelas jika menyampaikan saat kejadian berlangsung. Barulah disaat menemui waktu yang tepat dan dalam suasana yang kondusif, kita bisa menggangkat kembali tema tersebut untuk dibahas lebih panjang agar dapat digali ibrahnya.
10. Anak-anak yang memiliki segudang aktifitas yang teratur dan terarah biasanya dapat menyalurkan energi mereka secara lebih tepat.
Sehingga meminimalisir terjadinya perilaku-perilaku negatif yang biasanya muncul karena perasaan bosan atau tidak memiliki ide dalam berkegiatan. Oleh karena itu menyediakan berbagai sarana dan prasarana untuk membuat anak-anak sibuk dalam kegiatan positif sangat membantu kita untuk terhindar dari berbagai konflik yang menguji kesabaran kita.
11. Orang tua yang memiliki tuntutan pekerjaan yang bertenggat waktu biasanya akan memaksa anak-anak untuk mengikuti ritme pekerjaan yang ada.
Oleh karena itu penting sekali untuk mengatur waktu pelaksanaan pekerjaan agar tidak dilaksanakan dengan terburu-buru yang biasanya mengurangi kesabaran kita dalam menghadapi anak-anak.
Hal-hal yang dipaparkan diatas hanyalah sebagian dari hal-hal yang dapat membantu meningkatkan kesabaran kita dalam mengasuh anak-anak. Dari pemaparan ini sangat jelas bahwa kebanyakan ketidaksabaran orang tua dalam menghadapi anak-anak yang berujung pada kemarahan atau penganiyaan fisik biasanya bukan lebih disebabkan oleh kesalahan anak itu sendiri melainkan keadaan yang dialami oleh orang tuanya. Sehingga anak hanyalah korban pelampiasan emosi negatif orang tua yang ditimbulkan dari permasalahan yang sedang dihadapinya. Terakhir, jangan lupa untuk selalu memohon kepada Allah agar Allah memberikan kemudahan, kesabaran, keberkahan, serta akhir yang baik dalam menjalankan amanah kita sebagai orang tua. Aamiin
Silicon valley, California
Kiki Barkiah
