Dan Bidadari Surgapun Cemburu Padamu
Penulis : Runny Yuliasari
Host : Rona Agustina
Materi ini terinspirasi dari judul buku “Agar Bidadari Cemburu Padamu” karya Salim A. Fillah
Sekilas dari judul tersebut terkesan platonis sekali, tapi setelah saya membaca bukunya ternyata sangat mungkin bagi kita kaum muslimah yang sudah berpredikat istri untuk meraih posisi tersebut.
Siapa yang tidak ingin plus bangga dicemburui oleh bidadari surga? Jangankan oleh bidadari dicemburui oleh sesama muslimah rasanya bangganya sesuatu banget ya…. (itu kalau kata Teh Syahrini 🙂
Sebenarnya apa sih yang harus kita miliki sebagai muslimah agar dicemburui oleh bidadari surga? Pastinya kita harus mengetahui dulu kapasitas bidadari surga itu seperti apa, baru deh kita bisa menentukan di poin apa saja kita bisa melebihi mereka.
Sebagaimana kita sudah ketahui, yang namanya bidadari itu apalagi bidadari surga pasti secara fisik sempurna dan yang pasti suci lahir bathin, seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an surat Ar Rahman ayat 56 yang berbunyi “Didalam surga itu terdapat bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya. Tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka. Tidak pula oleh jin.”
Nah lhooooo, gimana tuh dengan kita yang jangan kan menundukkan pandangan, disentuh sama laki-laki aja dah ga keitung. Maksudnya kita kan sering salaman sama laki-laki yang bukan muhrim, itu juga kan sentuhan. Jadi bukan disentuh dalam arti yang negatif, hehehe…
Akantetapi, kita sebagai muslimah tidak perlu berkecil hati karena Allah SWT itu Maha Adil. Al Imam ATh Thabrani meriwayatkan hadits dari Ummu Salamah bahwa ia Radhiyallahu “Anha berkata,”Ya Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?” Rasulullah menjawab,”Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari seperti kelebihan apa yang nampak dari apa yang tidak terlihat. Yaitu karena shalat mereka, puasa mereka dan ibadah mereka kepada Allah SWT.”
Selain dari kelebihan-kelebihan diatas, yang paling membuat para bidadari surga cemburu kepada wanita muslimah adalah karena kita terutama yang sudah berstatus sebagai istri mempunyai kewajiban yang harus ditunaikan kepada suami.
Atha meriwayatkan dari Ibnu Umar ra, dimana ia berkata: “Ada seorang perempuan datang kepada Nabi saw. dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, apakah hak suami atas istrinya (kewajiban istri atas suaminya)?’ Beliau bersabda, ‘Istri itu tidak boleh menolak dirinya (untuk bersetubuh) walaupun ia berada di atas punggung kendaraan; ia tidak boleh berpuasa satu hari saja, kecuali atas izin suaminya kecuali puasa ramadhan, apabila ia melakukan puasa (tanpa izin suami), maka pahalanya itu untuk suaminya, sedangkan dosanya untuk istrinya dan ia tidak boleh keluar kecuali atas izin suaminya, apabila ia keluar dengan sendirinya (tanpa izin suaminya), maka malaikat rahmat dan malaikat siksa mengutuknya sampai ia kembali (ke rumahnya).”
Dari Qatadah bahwasanya ia berkata, Ka’b berkata, “Nanti pada hari kiamat, pertama yang akan ditanyakan kepada seorang perempuan adalah mengenai shalatnya, kemudian tentang kewajiban terhadap suaminya.”
Diriwayatkan dari Al Hasan dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda, “Apabila istri itu lari dari rumah suaminya, maka shalatnya tidak akan diterima sampai ia kembali dan meletakkan tangannya pada tangan suaminya seraya berkata, ‘Perlakukanlah aku sekehendak hatimu.’ Sesungguhnya istri itu apabila mengerjakan shalat dan tidak berdo’a untuk suaminya, maka shalatnyaitu ditolak sehingga ia berdo’a untuk suaminya.”
Dari sekian banyak kelebihan wanita muslimah dibandingkan dengan bidadari surga, apakah sudah otomatis kita akan dicemburui oleh mereka? Tentu saja tidak, hanya wanita muslimah yang berhasil menjalankannya lah yang akan jadi saingan bidadari surga. Mengapa? Karena menjalankan semua kelebihan2 itu sangatlah susah, membutuhkan effort yang tinggi terutama untuk mengalahkan ego kita sebagai manusia. Tapi tenaaannnggg, semua pasti ada jalan keluarnya. Sebagai jalan keluarnya adalah kita sebagai wanita harus mengetahui diri kita baik berperan
sebagai diri sendiri, sebagai istri dan sebagai ibu.
Bagaimana caranya? Dengan mengetes potensi diri menggunakan tools STIFIn.
Dalam STIFIn, kita akan mengetahui potensi diri kita sebagai personal, istri dan ibu berdasarkan mesin kecerdasan yang kita miliki. Menurut STIFIn, mesin kecerdasan manusia ada 5 (lima) yaitu Sensing (kecerdasan sensorik), Thinking (kecerdasan logis), Intuiting (kecerdasan intuisi/kreatif), Feeling (kecerdasan rasa) dan Insting (kecerdasan spiritualitas).
Dengan mengetahui kecerdasan kita dimana, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menjalankan semua kewajiban sebagai wanita muslimah dengan ketiga perannya tersebut, sehingga semakin cemburu lah para bidadari surga kepada kita.
Untuk mempermudah kita menjalankan kewajiban sebagai wanita muslimah, saya akan memberikan contoh dari para Ummul Mukminin agar bisa kita jadikan sebagai panduan.
1. Sayyidah Hafsah (Sensing introvert) : Mushaf Al Qur’an
Sayyidah Hafsah keberkahannya ada di Mushaf Al Qur’an karena beliau lah yang menulis dan mengumpulkan mushaf Al Qur’an pada zaman kekhlifahan Abu Bakar atas desakan Sayyidina Umar bin Khattab. Sebagai seorang Si yang runut, maka Sayyiidah Hafsah menuliskan ayat-ayat Al Quran sesuai dengan urutan ayatnya bukan urutan diturunkannya
2. Sayyidah Khadijah (Sensing ekstrovert) : Pengorbanan harta
untuk Sayyidah Khadijah, sebagai PG Se, dimana Se selalu dikejar harta, namun beliau berani menolak harta yang ditawarkan kaum Quraisyi demi aqidah Islam…..
padahal sudah jelas bahwa ummul mukminin saat itu suddah kehabisan hartanya demi perjuangan Islam dan masih memerlukan harta untuk meneruskan perjuangan Islam. Tapi beliau memilih untuk hijrah ke habsyi bersama kaum muslimin. Nah pengorbanan harta ini lah yang menjadi pedoman bagi wanita Se dalam menjalankan perannya sebagai istri.
tetaplah mengikuti suami (selama suaminya berada dalam jalan aqidah yang benar) sebagai imam kita walaupun ditawarkan harta yang berlimpah
3. Sayyidah Ummu Habibah (Thinking introvert) : Tegar dan Berani Bersikap
Sayyidah Ummu Habibah (Tegar dan berani bersikap)
Ummul Mukminin, Ramlah binti Abu Sufyan seorang pemuka Quraisy dan pimpinan orang-orang musyrik hingga Fathu Makkah. Akan tetapi Ramlah binti Abu Sufyan tetap beriman sekalipun ayahnya memaksa beliau untuk kafir ketika itu. Dan Abu Sufyan tak kuasa memaksakan kehendaknya agar putrinya tetap dalam keadaan kafir. Justru beliau menunjukkan kuatnya pendirian dan mantapnya kemauan. Sebagai seorang Ti yang saklek antara benar dan salah, Beliau rela menanggung beban yang melelahkan dan beban yang berat karena memperjuangkan aqidahnya.
Beliau dijuluki (Ummu Habibah) karena pada saat hijrah ke Habsyah bersama suaminya, beliau melahirkan seorang putri yang bernama Habibah .
4. Sayyidah Aisyah (Thinking ekstrovert) : kecerdasan ilmu
Sayyidah Aisyah (Kecerdasan Ilmu)
Sebagai seorang Te yang analisanya meluas sehingga memerlukan banyak ilmu untuk keperluan analisanya, Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”. Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim.
5. Sayyidah Ummu Salamah (Intuiting introvert) : Pemberi solusi
Sayyidah Ummu Salamah (Pemberi Solusi)
Orang Ii adalah gudangnya ide yang orisinil. dan ide inilah yang dimiliki oleh Sayyidah Ummu Salamah untuk memecahkan masalah terkait perjanjian Hudaibiyah. Pada waktu itu beliau menyertai Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. dalam perjalanannya menuju Mekah dengan tujuan menunaikan umrah, tetapi orang-orang musyrik mencegah mereka untuk memasuki Mekah, dan terjadilah Perjanjian Hudaibiyah antara kedua belah pihak.
Akan tetapi, sebagian besar kaum muslimin merasa dikhianati dan merasa bahwa orang-orang musyrik menyianyiakan sejumlah hak-hak kaum muslimin. Di antara mayonitas yang menaruh dendam itu adalah Umar bin al-Khaththab, yang berkata kepada Rasulullah dalam percakapannya dengan beliau, “Atas perkara apa kita serahkan nyawa di dalam agama kita?” Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menjawab, “Saya adalah hamba Allah dan rasul-Nya. Aku tidak akan menyalahi perintah-Nya, dan Dia tidak akan menyianyiakanku.”
Akan tetapi, tanda-tanda bahaya semakin memuncak setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. menyuruh kaum muslimin melaksanakan penyembelihan hewan qurban kemudian bercukur, tetapi tidak seorang pun dari mereka melaksanakannya. Beliau mengulang seruannya tiga kali tanpa ada sambutan.
Beliau menemui istrinya, Ummu Salamah, dan menceritakan kepadanya tentang sikap kaum muslimin. Ummu Salamah berkata, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau menginginkan perintah Allah ini dilaksanakan oleh kaum muslimin? Keluarlah engkau, kemudian janganlah mengajak bicara sepatah kata seorang pun dari mereka sampai engkau menyembelih qurbanmu serta memanggil tukang cukur yang mencukurmu.”
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassalam. kagum atas pendapatnya dan bangkit mengerjakan sebagaimana yang diusulkan Ummu Salamah. Tatkala kaum muslimin melihat Rasulullah mengerjakan hal itu tanpa berkata kepada mereka, mereka bangkit dan menyembelih serta sebagian dari mereka mulai mencukur kepala sebagian yang lain tanpa ada perasaan keluh kesah dan penyesalan atas tindakan Rasulullah yang mendahului mereka.
6. Sayyidah Zainab binti Jahzy (Intuiting ekstrovert) : Dinikahkan langsung oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sayyidah Zainab binti Jahzy (dinikahkan langsung oleh Allah SWT)
Ie adalah jagonya konsep, demikian pula hubungannya dengan Sayyidah Zainab binti Jahzy yang mana pernikahannya dengan Rasulullah telah mengubah konsep anak angkat yang selama ini digunakan oleh kaum Quraisy. kebiasaan jahiliyah mengharamkan seorang ayahmenikahi bekas istri anak angkatnya karena anak angkat mempunyai kedudukan sebagaimana anak kandung. Maka Allah ‘Azza wa Jalla menurunkan ayat-Nya:
“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya: “Tahanlah terus istrimu dan bertakwalah kepada Allah.” sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih kamu takuti. Maka tatkala Zaid yang telah mengakhiri ke¬perluan terhadap istrinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk mengawini (istri-istri anak-anak angkat itu) apabila anak-anak angkat itu telah menyelesaikan keperluannya daripada istrinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi. ” (QS. al-Ahzab: 37)
7. Sayyidah Juwairiyah (Feeling introvert) : Pembawa Keberkahan Keluarga
Sayyidah Juwairiyah (Pembawa Keberkahan Keluarga)
Sayyidah Juwairiyah adalah tawanan perang, beliau mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam agar mau menolong untuk menebus dirinya. Maka menjadi ibalah hati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat kondisi seorang wanita yang mulanya adalah seorang sayyidah merdeka yang mana dia memohon beliau untuk mengentaskan ujian yang menimpa dirinya. Pada saat itu Rasulullah menawarkan pernikahan kepada beliau dan Sayyidah Juwairiyah mengiyakannya.
Dengan pernikahan tersebut, kamu Muslimin membebaskan seratus kelurga dari Bani Musththaliq sebagai kaum asalnya Sayyidah Juwairiyah. Sehingga sejak saat itu kaum Bani Mushthaliq mengatakan aku tidak pernah mengetahui seorang wanita yang yang lebih berkah bagi kaumnya daripada Juwairiyah
8. Sayyidah Zaenab binti Khuzaimah (Feeling ekstrovert) : Ibu Bagi Orang Miskin
Sayyidah Zaenab binti Khuzaimah
Beliau digelari dengan Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin).Sebagai seorang Fe yang tinggi kepeduliannya terhadap orang lain, beliau memiliki beberapa keistimewaan, yaitu :
– Rumahnya adalah tempat berkumpulnya para fakir miskin, sehingga ia digelari dengan Ummul Masakin (ibu orang-orang miskin).
– Zainab menghabiskan seluruh waktunya untuk beribadah dan menyantuni orang miskin
9. Sayyidah Saudah (Insting) : Mengorbankan Hak Gilir
Sayyidah Saudah (Mengorbankan Hak Gilir)
Sayyidah Saudah adalah istri Rasulullah setelah Sayyidah Khadijah. Beliau baru dipoligami pada saat Rasulullah menikahi Sayyidah Aisyah. Awalnya Rasulullah akan menceraikan Sayyidah Saudah dikarenakan beliau sudah lanjut usia dan Rasulullah belum melaksanakan poligami. Namun Sayyidah Saudah menolak untuk dicerai dan menyarankan Rasulullah untuk tetap menikahi Sayyidah Aisyah dan merelakan hak gilirnya untuk Sayyidah Aisyah asalkan beliau tetap menjadi istri Rasulullah. Beliau berkata ;”ya Rasulullah, nikahilah Aisyah dan jangan ceraikan aku. Aku relakan hak ku bersamamu untuk Aisyah asalkan di akhirat nanti aku dibangunkan dalam keadaan sebagai istrimua ya Rasul Allah”
Itulah karakter Insting yang rela berkorban dan selalu bertujuan akhirat.
Dari para Ummul Mukminin diatas,
Kita bisa mengetahui bagaimana kita bisa menjalankan kewajiban kita terutama terhadap suami. Walaupun pada prakteknya masih banyak yang terhambat oleh ego kita. Untuk menghadapi ego, kita bisa berkomunikasi dengan alam bawah sadar kita sehingga apa yang menjadi potensi mesin kecerdasan kita bisa terbentuk dalam alam bawah sadar kita. Dan dengan sendirinya kita bisa berdamai dengan ego kita.
Dari uraian diatas, akhirnya kita bisa mengetahui apa yang menjadikan kita sebagai muslimah dicemburui oleh para bidadari surga. Ya, kita hanya perlu memperbaiki shalat kita, menjalankan puasa wajib dan sunnah serta meningkatkan ibadah kita. serta tak lupa untuk selalu taat kepada Allah SWT dan suami bagi yang sudah bersuami. Terdengar sederhana tapi pelaksanaannya tidak sederhana. Tapi jaminannya bidadari surga manapun akan cemburu kepadamu, sebagaimana mereka cemburu kepada Ummul Mukminin. Demikian materi dari saya. Yang benar datangnya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang salah saya mohon dimaafkan.
Wa billahi taufiq wal hidayah
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh
Bunda Runny
Be a Great Woman