Menghadapi anak dengan Mesin Kecerdasannya
Anak Sudah Lebih Besar tapi Masih Sering Menunjukkan Emosi Ekstrim, Bagaimana Cara Menghadapinya?
Oleh : Kiki Barkiah
Setiap Anak berusia balita pasti mengalami masa dimana ia sering menunjukkan emosi negatif yang ektrim. Meskipun kadar Dan intensitas mereka berbeda-beda. Namun sejalan dengan usia, emosi ekstrim ini biasanya jauh berkurang. Namun pada beberapa anak dengan tempramen dasar tertentu, tantangan orang tua dalam menghadapi emosi ekstrim anak masih terus berkepanjangan. Dalam teori personal genetik STIFin biasanya yang sangat berpotensi memiliki masalah kesulitan mengelola emosi adalah ananda yang bermesin kecerdasan Feeling, Insting dan Thinking.
Anak Feeling lebih banyak merespon dunia dengan perasaan dibanding logika mereka. Sehingga mereka terkadang kurang logis dalam melihat permasalahan. Kadang mereka lebih banyak mempertimbangkan segala sesuatu dengan subjektif. Akhirnya mendorong diri mereka untuk meluapkan emosi dengan cara yang tidak diharapkan oleh orang dewasa di sekitar mereka.
Dalam teori personal genetik STIFIn, anak yang bermesin kecerdasan Feeling, tidak boleh kekurangan cinta dan perhatian. Maka banyak diantara mereka yang tidak cerdas dalam mengelola emosi berawal dari kurangnya perhatian. Bahasa cinta mereka adalah kedekatan Sehingga apabila bahasa cinta ini tidak terpenuhi sering sekali mereka mencari perhatian dengan menunjukkan emosi negatif. Meskipun begitu, dengan kesabaran dan bimbingan yang baik, anak bermesin kecerdasan Feeling sesungguhnya memiliki potensi kecerdasan emosi yang paling menonjol diantara tipe lainnya
Selanjutnya anak yang berpotensi mudah mengamuk adalah anak yang bermesin kecerdasan Insting. Belahan otak yang memimpin anak insting adalah otak tengah atau yang sering disebut dengan otak reptil. Sebagaimana reptil, dalam keadaan normal ia adalah orang yang sangat tenang dan mencari kedamaian. Namun apabila ia diganggu dan merasa tidak nyaman, ia sangat responsif sehingga mudah marah. Oleh karena itu anak-anak insting harus di jaga kondisinya agar tetap berada di lingkungan yang tenang damai dan tidak rawan konflik. Biasanya anak-anak Insting menjadi lebih mudah marah ketika ia berada dalam tekanan atau pola asuh yang juga penuh emosi. Tetapi terhadap orang yang tenang dan lemah lembut ia pun akan berlaku demikian.
Selanjutnya anak yang berpotensi mudah marah adalah yang bermesin kecerdasan Thinking. Anak-anak dengan mesin kecerdasan thinking biasanya sangat keras kepala. Mereka merasa bahwa pengalaman, pandangan dan pendapatnya yang paling benar. Sehingga terkadang mereka punya keinginan yang kuat dan tidak mau berkompromi dengan orang lain atau keadaan. Sehingga hal ini bisa memicu emosi negatif mereka. Mereka cenderung raja tega dan kurang mempertimbangkan segala sesuatu dengan perasaan. Namun berbeda dengan anak Feeling, mereka lebih mudah untuk kita beri pengertian karena cenderung mempertimbangkan dan merespon dunia dengan logika mereka. Sementara anak yang bermesin kecerdasan Feeling biasanya kurang logis. Mereka sangat moody dalam bersikap, tergantung kondisi perasaan mereka. Oleh karena itu mereka lebih mudah tersulut emosi.
Secara umum, upaya yang dapat kita lalukan agar anak-anak semakin memiliki kecerdasan emosi adalah sbb:
1. Latihlah anak memeiliki emosi yang wajar dengan melibatkan kisah-kisah teladan baik dari Kisah nabi, Sirah, maupun hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Tujuannya tidak hanya mengenalkan apa yang tidak wajar namun sekaligus memotivasi mereka untuk berbuat apa yang seharusnya dilakukan serta meneladani kebaikan.
2. Kita bisa menunda memberi pengertian dalam suasana yang lebih santai dan serius agar hikmah yang diperoleh bisa lebih dalam, hindari menasihati dalam keadaan emosi memuncak serta pada saat anak-anak masih dalam suasana perasaan yang enggan untuk diberi nasihat.
3. Beri anak ruang dan waktu sebagai kesempatan untuk menenangkan diri pada saat emosi yang ekstrim sedang berlangsung.
4. Istikomahlah dalam membangun komunikasi tentang nilai dan aturan, manfaat dari nilai dan aturan, serta konsekuensi logis dan natural dari pelanggaan nilai dan aturan, sehingga pada saat anak-anak menunjukkan emosi yang ekstrim, maka kita tinggal mengingatkan kembali nilai dan aturan yang kita anut
Secara khusus komunikasi pendekatan terhadap anak Feeling untuk meminimalisir munculnya emosi ekstrim adalah sebagai berikut:
1. Anak FEELING lebih menggunakan perasaan. Maka hargai perasaannya termasuk kekesalan dan kemarahannya. Sampaikan pula perasaan kita saat menasihatinya.
2. Anak FEELING mencari keharmonisan. Jangan melakukan atau mengatakan hal yang bisa merusak hubungan. Keharmonisan adalah jembatan dalam mempengaruhi mereka. Banyak anak Feeling mudah mengamuk terhadap orang yang memiliki hubungan yang kurang harmonis
3. Anak FEELING mempertimbangkan sesuatu berdasarkan kasih sayang. Bangunlah jembatan kasih sayang antara kita dengan mereka dan buatlah mereka menyayangi kita. Frekuensi munculnya emosi negatif bisa diminimalisir bila anak Feeling berada dalam lingkungan yang penuh kasih sayang. Hadapilah gejolak emosinya dengan kasih sayang, bukan dengan membalas amukan dengan amukan.
4. Anak FEELING mengambil keputusan dengan mempertimbangkan akibatnya pada orang lain. Manfaatkan hal itu dalam meluruskan perilakunya. Buatlah ia paham tentang akibat yang ditimbulkan bagi orang lain saat is tidak cerdas mengelola emosinya.
5. Anak FEELING pandai berempati, mereka memiliki banyak sahabat. Maka tunjukkan empati kita saat ia mengalami gejolak perasaan
6. Anak FEELING tidak suka konfrontasi. Hindari bergumentasi. Usahakan untuk tidak berseberangan dengannya.
7. Anak FEELING mudah sakit hati dan pendendam. Hindari sikap yang menyakiti hatinya. Barangkali munculnya emosi negatif berawal dari rasa sakit hatinya.
8. Anak FEELING kurang tegas menuntut hak. Jangan harap dia mengatakannya, maka pekalah terhadap hal itu. Barangkali emosi negatif muncul akibat dari hak yang terabaikan namun tidak eksplisit diungkapkan.
Secara khusus komunikasi pendekatan terhadap anak Insting untuk meminimalisir munculnya emosi ekstrim adalah sebagai berikut:
1. Anak INSTINCT bereaksi secara spontan. Mereka cepat merespon perintah, meleka lebih cepat marah, namun juga cepat reda. Maka berdamailah bila is sedang meledak marah. Percayalah sebentar lagi juga reda dan kita bisa membangun komunikasi nasihat kepadanya.
2. Orang INSTINCT suka membantu. Dukung ia dalam membantu sesama maka dia akan bahagia. Barangkali emosi negatifnya menjadinseting muncul karena kurangnya aktifitas yang membuat ia merasa berperan. Maka berilah ia beragam kesibukan.
4. Anak INSTINCT generalis, suka yang bersifat umum. Perluas wawasannya, hendari memaksa ia menjadi spesialis. Barangkali emosi negatifnya muncul karena kita memaksanya fokus tuntas pada satu hal, padahal ia sangat suka mencoba banyak hal.
5. Anak INSTINCT adalah pencari kebahagiaan. Buatlah ia bahagia, maka ia akan menerima kita apa adanya dan mendukung kita sepenuh jiwa. Barangkali emosi negatif mudah muncul karena ia berada dalam keluarga yang tidakemberi rasa bahagia
6. Anak INSTINCT ingin selalu terlibat, jika tidak ia akan merasa tidak berguna. Maka libatkan ia dalam aktivitas kita dan tingkatkan perannya, inya Allah ia akan bahagia. Semakin ia bahagia insya Allah semakin cerdas dalam mengelola emosinya
7. Anak INSTINCT pola bicaranya pendek. Jawablah percis sesuai pertanyaannya hindari pembicaraan bertele-tele
8. Anak INSTINCT berfikirnya simple. Berbicaralah dengan halus dan straight to the poin. Barangkali ia menjadi buas karena komunikasi kita yang memicunya.
Secara khusus komunikasi pendekatan terhadap anak Thingking untuk meminimalisir munculnya emosi ekstrim adalah sebagai berikut:
1. Anak THINKING lebih menggunakan pikirannya. Hindari terlalu sering bicara tentang perasaan dan jangan terlalu sedih bila ia mengabaikan perasaan kita. Terutama saat is marah dan keras kepalan
2. Anak THINKING keras kepala. Hindari berargumen dengannya, cukup tunjukkan data yang valid.
3. Anak THINKING berfikir sebab akibat. Untuk meyakinkan atau menasihati mereka, tunjukkan hubungan logis dari pendapat kita.
4. Anak THINKING menghargai sesuatu yang masuk akal. Yakinkan IA dengan sesuatu yang masuk akal untuk meredam emosinya.
5. Anak THINKING adil & objektif. Keputusannya murni berdasakan data valid dan argumentasi logis. Meski memiliki gejolak emosi, biasanya anak Thinking dapat lebih mudah Kita arahkan until berfikir objektif.
6. Anak THINKING terlihat tidak peka. Jadi jangan tersinggung kalau dia tidak cepat menangkap perasaan Kita. Utarakan yang jelas jangan berharap ia menebak apa yang kita rasa
7. Anak THINKING memiliki ketegasan menuntut hak. Jadi jangan merasa risih. Penuhi segera haknya, barangkali emosi negatif muncul karena ada hak yang terabaikan
9. Anak THINKING kritis terhadap segala sesuatu. Semuanya dipikirkan dan dikomentari. Maka berdamailah, kadang kita melihat itu sebagai kemarahan padahal bagi mereka itu adalah perilaku yang biasa.
Anak INTUITING dan SENSING yang berusia lebih besar mungkin tidak terlalu berpotensi menujukkan emosi ekstrim seperti ketiga tipe diatas. Anak Intuiting cenderung easy going, dan anak Sensing relatif penurut. Namun bisa jadi anak Intuiting pun menunjukkan protest dengan emosi negatif saat kebebasan berkarya mereka terhalang atau terlalu disibukkan dengan perihal kecil, detail sepele, atau sesuatu yang berulang-ulang dilakukan. Anak Sensing juga bisa protest dengan emosi negatif terutama saat produksi energi yang berlebihan tidak menemukan ruang penyaluran.
Sejalan dengan usia insya Allah anak akan semakin belajar bersikap lebih arif bijaksana. Terutama dalam menghadapi kenyataannya yang tidak seusai dengan harapan. Berikhtiar terus dalam memenuhi perhatian, cinta dan kasih sayang insya Allah anak-anak akan belajar kelembutan dari kelembutan dan belajar kebijaksanaan dari kebijaksanaan